Jumat, 21 Desember 2012

Terjemahan Kitab Washiyatul Musthofa (wasiat Rosulullah SAW kepada sayyidina Ali bin Abin Thalib )

Bismillahirrahmanirrahiim


Segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada nabi Muhammad beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Dan setelah yang disebut(muqaddimah), rkitab ini berisi wasiat nabi yang dipilih kepada sayyidina Ali bin Abi Thalib Karramallahuwajhah. Ali berkata,” Rasullah SAW memangilku, lsalu aku berbicara empat mata bersama beliau dikediaman Rasulullah, maka beliau berkata kepadaku,” wahai Ali, sesungguhnya engkau dan aku seperti kedudukan Harun dengan Musa Alaihissalam. Dan sesungguhnya tidak ada nabi lagi sesudahku, aku hari ini berwasiat kepadamu dengan wasiatku, jika engkau menjaganya maka engkau akan hidup dengan terpuji dan mati dalam keadaan syahid, Allah akan membangkitkanmu dihari kiamat sebagai seorang faqih(orang yang mengerti), dan sebagai seorang yang alim.
Wahai Ali, barang siapa yang memakan perkara halal, maka agamanya akan jernih, lembut hatinya dan tidak ada penghalang bagi doanya(mustajab). Wahai Ali, barang siapa yang memakan perkara syubhat(samar/belum jelas halal/haramnya), maka akan samar-samar agamanya dan hatinya akan gelap. Dan barangsiapa yang memakan perkara haram, maka akan mati hatinya dan agamanya akan ringan, keyakinannya akan lemah dan Allah akan member hijab(penghalang)bagi doanya serta sedikit amal ibadahnya.
Wahai Ali, ketika Allah marah kepada seorang hamba. Maka Ia(Allah) akan memberinya rezeki dengan harta yang haram. Dan ketika Allah sudah benar-benar marah, maka Ia(Allah) akan menyerahkannya(hamba) kepada syaithan yang menyibukkannya denga harta haram itu, yang menemaninya dan ia(hamba) akan mengutamakan urusan dunia dibanding akhirat, dan syaithan akan memudahkannya dalam urusan dunia dan ia(syaithan) akan berkata kepada hamba itu (dengan begitu ringannya) : sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Wahai Ali, barangsiapa yang pergi untuk mencari perkara haram dengan berjalan kaki. Maka sesungguhnya syaithan akan menemaninya, dan ketika ia berkendara, maka syaithan akan mengikutinya(dengan membonceng). Dan tidak akan mengumpulkan harta hamba tersebut kecuali syaithan akan memakan harta haram itu dan apabila hamba itu lupa menyebut nama Allah ketika berjima’a, maka syaithan akan ikut serta dalam anaknya. Dan pada yang sudah dijelaskan itu, firman Allah:”dan sertailah orang-orang itu didalam hartanya dan anak-anak mereka serta jauhkanlah mereka(dari-Ku Allah)
Wahai Ali, tidak akan diterima sholat seseorang tanpa wudhu dan shadaqah dari perkara yang diharamkan.
Wahai Ali, tidak akan berubah seorang hamba dari bertambah masalah agamanya ketika ia tidak memakan perkara haram. Dan barangsiapa meninggalkan ulama maka hatinya akan mati dan ia akan buta dari taat kepada Allah.
Wahai Ali, barang siapa membaca Al-Qur’an kemudian tidak menghalalkan apa yang telah dihalalkan olehnya(Al-Qur’an) dan tidak mengharamkan apa yang telah diharamkannya maka ia termasuk golongan orang-orang yang membuang kitabullah dibelakang mereka.

HUJJAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA`AH






HUKUM KIRIM DO`A, SHODAQOH DAN AMAL BAIK
UNTUK ORANG YANG SUDAH MENINGGAL

          Masalah ini adalah bagian dari masalah khilafiyah yang sering menjadi perdebatan dan pertentangan di kalangan umat Islam, yang mana masing-masing kelompok itu sendiri sebetulnya mempunyai dalil/dasar yang dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan kegiatan ibadahnya
          Menurut Imam Ibnu Taimiyah : Sesungguhnya orang yang sudah meninggal itu dapat mengambil kemanfaatan dari bacaan-bacaan Al Qur`an sebagaimana kemanfaatan yang diterima dari ibadah maliyah seperti shodaqoh dan sejenisnya. Sedangkan pendapat beliau dalam kitab Ar Ruh dikatakan bahwa : Sebaik-baik perkara yang dapat dihadiahkan kepada orang meninggal adalah shodaqoh, istighfar, do`a dan melaksanakan haji untuk orang yang sudah meninggal. Adapun bacaan Al Qur`an yang dibaca tanpa upah ( menurut mayoritas  Ulama bahwa ta`limul Qur`an diperbolehkan mengambil upah)  yang dikirimkan kepada orang yang sudah meninggal, pahalanya bisa sampai kepadanya sebagaimana pahala puasa dan haji ( yang diqodlo` oleh keluarganya ). Masih menurut Imam Ibnu Taimiyah dan dikuatkan oleh pendapatnya Imam Ibnu Qoyyim dalam kitab yang lain menyebutkan, bahwa pelaksanaan kirim do`a, shodaqoh dll sebagaimana diatas harus diniyati dihadiahkan pada orang yang sudah meninggal, walaupun tidak disyaratkan dengan talafudz / melafalkan. (Adapun apabila dilafalkan seperti :
اللهمّ اوصِلْ واهدِ ثواب ماقرأناه من القرأن العظيم وما صلينا وما سبّحنا وما هللنا ومااستغفرنا....
Allohumma aushil wa ahdi tsawaba ma qoro`nahu minal Qur`anil `Adhim wa ma sholaina wa ma sabahna wa ma hallalna wa mas taghfarna dst.  Maka lebih afdhol ).
          Seorang mufti negara Mesir Al `Allamah Syaich Hasanain Muhammad Mahluf telah mengutip pendapat Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qoyyim, beliau berpendapat: Bahwa menurut madzhab Imam Abu Hanifah, sesungguhnya orang yang melakukan ibadah, baik shodaqoh, membaca Al Qur`an, atau amal baik yang lain, pahalanya dapat dihadiahkan pada orang lain, dan pahala itu akan sampai padanya. Pendapat ini dikuatkan oleh Imam Al Muhibbu At Thobary, bahwa akan sampai pahala ibadah yang dikerjakan semata-mata dihadiahkan pada orang yang sudah meninggal, baik ibadah wajib maupun sunnah. ( Menurut ihthiyat / kehati-hatian para Ulama apabila ada orang yang sudah meninggal masih meninggalkan sholat, maka sebaiknya keluarganya mengqodlo sholat tersebut, dengan niyat :
اصلّى فرض الظهر اربع ركعات عن ....... لله تعالى
Usholli fardlod dhuhri arba`a roka`atin an fulanin lillahi ta`ala ) .
Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah, bahwa orang  meninggal yang masih memiliki tanggungan sholat, maka keluarga wajib membayar fidyah yang besarnya 1 mud tiap-tiap 1 kali sholat yang ditinggalkan.
          Demikian juga orang meninggal yang masih mempunyai tanggungan puasa Romadhon, maka wajib diqodlo keluarganya, sebagaimana sabda Rosululloh SAW :
من مات وعليه صيام صام عنه ولـيّه ( متّفق عليه )
“ Orang meninggal yang masih memiliki tanggungan puasa, maka wajib diqodlo oleh keluarganya “
Niyatnya sebagai berikut :
نويت أداء فرض الصوم عن ........ المرحوم لله تعالى

Adapun menurut pendapat Imam Abu Hanifah dan Imam Malik , hanya wajib dibayar kifarat, sebgaimana Hadits Marfu` riwayat Ibnu Umar , Rosululloh bersabda :
 من مات وعليه صيام اُطعِمَ عنه مكان كلّ يومٍ مسكينٌ
“ Orang meninggal yang masih memiliki tanggungan puasa, maka wajib dibayarkan berupa makanan pokok kepada orang miskin, sebesar 1 mud sebagai ganti setiap 1 hari puasa ”
2


          Didalam syarah Al Mukhtar disebutkan bahwa : Dibenarkan kepada setiap orang yang hendak menjadikan pahala sholat dan amal baik lainnya, untuk orang lain dan pahala tersebut akan sampai kepadanya. Sebagaimana pendapat Al `Alim Al `Allamah Syaich Muhammad Nawawi bin `Aroby yang menjadi pimpinan para Ulama Hijaz, dalam kitab Nihayatuz Zain, beliau berpendapat : Salah satu bentuk sholat sunnah adalah sholat 2 rokaat untuk  orang meninggal di dalam kubur. Pendapat ini didasarkan pada sabda Rosulloh SAW :
لايأتي على المـيّت أشدّ من الليلة الأولى فارحموا بالصدقة من يموت فمن لم يجد فليصلّ ركعتين , يقرأ فيهما اى في كلّ ركعة منهما فاتحة الكتاب مرّةً وأية الكرسيّ مرّةً وألهاكم التكاثر مرّةً وقل هوالله احد عشر مرّاتٍ , ويقول بعد السلام اللهمّ إنّي صليتُ هذه الصلاةَ وتعلم مااُريد , اللهمّ ابعث ثوابـها إلى قبر .....  فيـبعث الله من ساعته إلى قبره ألفَ ملكٍ مع كلّ ملك نورٌ وهديّةٌ يؤنّسونه إلى يوم يُنفخ في الصور
“ Paling berat siksaan bagi orang meninggal adalah keadaan malam pertama, maka belas kasihanilah dengan shodaqoh, apabila tidak ada maka sholatlah 2 roka`at yang mana pada tiap roka`atnya membaca Al Fatihah 1 x , ayat kursi 1 x , Alhakumut takatsur 1 x , dan Al Ihlas 10x , setelah salam berdo`a : Ya Alloh aku mengerjakan sholat ini, dan Engkau mengerti apa yang aku harapkan, Ya Alloh hadiahkan sholatku ini kepada ………….. “

          Di dalam kitab Fathul Qodir, diriwayatkan oleh Sayyidina Ali KW,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من مرّ على المقابر وقرأ قل هوالله احد إحدى عشرة ثمّ وهب أجرها للأموات اُعطِي من الأجر بعدد الأموات
Rosululloh SAW bersabda : Barangsiapa lewat di pekuburan, lalu membaca Surat Al Ikhlash 11 x , kemudian menghadiahkan pahalanya kepada orang yang meninggal di dalam pekuburan tersebut, maka ia akan memperoleh pahala sejumlah orang yang meninggal . ( Hadits ini menunjukkan bahwa hadiah bacaan Al Qur`an itu bisa sampai pada orang meninggal, dan yang membacanya juga memperoleh pahala yang besar )
          Sedangkan menurut riwayat Anas RA ,
أنّ النبيّ صلى الله عليه وسلم سُئل فقال السائل : إنّـا تصدّق عن موتانا وتحُجَّ عنهم وتدعو لهم , هل يصل ذلك إليهم ؟ قال نعم إنّه لَيَصِلُ إليهم وانّهم ليفرحون به كما يفرح احدكم بالطَبْق اذا اُهدِيَ اليهم
Rosululloh pernah ditanya seseorang , Wahai Rosululloh, aku shodaqoh untuk keluargaku yang telah meninggal, aku juga menghajikan mereka, berdo`a untuknya, apakah bisa sampai pahala-pahala tersebut kepada mereka ? Rosululloh bersabda : Ya , sungguh itu semua sampai kepada mereka,  sedangkan mereka merasa bahagia sebagaimana seseorang yang sedang menerima bingkisan.    
          Didalam kitab Washiyatul Musthofa,
أنّ النبيّ صلى الله عليه وسلم قال : يا عليُّ تصدّقْ على موتاك فإنّ الله تعالى قد وكّل ملائكةً يحملون صدقات الاحياء إليهم فيفرحون بها اشدّ ما كانوا يفرحون في الدنيا 
Rosululloh bersabda: Wahai Ali, shodaqohlah untuk orang mati kalian, sesungguhnya Alloh akan mengirim Malaikat membawa shodaqo-shodaqoh orang hidup kepada mereka, sedangkan mereka akan bergembira sebagaimana bergembira ketika menerima bingkisan waktu di dunia
          Menurut Madzhab Syafi`i, sesungguhnya shodaqoh itu pahalanya akan sampai pada orang yang telah meninggal secara pasti (tanpa batasan). Adapun membaca Al Qur`an dan kalimat-kalimat thoyibah lain, maka pendapat yang dipilih oleh beliau sebagaimana dalam syarah Al Minhaj, adalah sampainya pahala tersebut tapi perlu keyakinan dan kemantapan dalam niyat menyampaikannya, karena merupakan bentuk do`a ( ciri-ciri do`a adalah bisa dikabulkan dan bisa tidak )
3


          Menurut madzhab Maliki , sudah tidak ada ikhtilaf lagi tentang sampainya pahala shodaqoh pada orang meninggal, sedangkan untuk baca`an Al Qur`an dan kalimat-kalimat thoyibah lain, masih khilafiyah walaupun para Ulama Muta`akhirin lebih cenderung menerima pendapat diterimanya pahala membaca Al Qur`an dan kalimat-kalimat thoyibah lain, kepada orang yang telah meninggal. Pendapat ini dikuatkan oleh Imam Ibnu Farohun, beliau berpendapat bahwa  sampainya pahala membaca Al Qur`an dan kalimat-kalimat thoyibah lain, adalah pendapat yang paling rojih / unggul .
          Menurut Imam Nawawi dalam kitab Al Majmu` bahwa Al Qodli Abu Thoyyib pernah ditanya tentang khataman Al Qur`an di pekuburan, Beliau menjawab: Pahalanya untuk yang membaca, sedangkan orang-orang yang meninggal seperti orang yang menghadiri acara khataman tersebut dengan berharap rahmat dan barokah dari Al Qur`an. Berdasar ini maka khotmil Qur`an di makam hukumnya boleh. Demikian juga berdo`a yang mengiringi khotmil Qur`an, maka lebih memungkinkan dan lebih mudah diijabahi, dan do`a tersebut akan memberi manfa`at pada orang yang meninggal. Imam Nawawi dalam kitabnya Al Adzkar yang mengambil referensi dari sebagian besar Ulama-Ulama Syafi`iyah, bahwa pahala membaca Al Qur`an dan kalimat-kalimat thoyibah lain, akan sampai pada orang meninggal. Pendapat ini juga dikuatkan oleh Ulama-Ulama madzhab Ahmad bin Hanbal

          Menurut Imam Sya`rony dalam kitab Mizan Al Kubro, beliau berpendapat bahwa diterimanya pahala membaca Al Qur`an dan kalimat-kalimat thoyibah lain, memang ada ikhtilaf, dan masing-masing memiliki dasar / hujjah. Dan madzhab Ahlus Sunnah menyatakan bahwa seseorang bisa menjadikan pahala dari amal baiknya kepada orang lain, dan pendapat ini sesuai dengan Imam Ahmad bin Hanbal.
          Imam Muhammad ibnu Al Mirwizy pernah mendengar Imam Ahmad bin Hanbal berkata : Apabila kalian memasuki area makam, bacalah Al Fatihah, Al Ikhlas dan Al Mu`awwidzatain, dan hadiahkan pahalanya untuk ahli kubur, maka akan sampai pahalanya. Dan setelah itu berdo`alah : Allohumma aushil wa ahdi tsawaba ma qoro`tuhu minal Qur`anil `Adhim ila man fi hadzihil maqbaroh, khususon ila ………..
          Menurut  Al `Allamah Muhammad `Aroby dalam kitab Majmu` Tsalatsi Rosa`il, bahwa sesungguhnya membaca Al Qur`an untuk orang meninggal hukumnya boleh, dan pahalanya akan sampai padanya, walaupun dalam pembacaannya tersebut dengan upah. Pendapat ini yang dipakai pegangan para Ulama Fiqih madzhab Ahlus Sunnah, yang didasarkan pada hadits riwayat Abu Hurairah RA :
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من دخل المقابر ثمّ قراء فاتحة الكتاب وقل هوالله احد وألهاكم التكاثر , ثمّ قال إنّي جعلتُ ثواب ما قرأتُ من كلامك لأهل المقابر من المؤمنين والمؤمنات كانوا شفعاءَ له الى الله تعالى
“ Barangsiapa memasuki area makam, kemudian membaca Al Fatihah, Al Ikhlas dan At Takatsur, lalu berdo`a menghadiahkan baca`annya kepada ahli kubur yang mukmin dan mukminat, maka kelak ahli kubur tersebut akan memohonkan pertolongan pada Alloh untuknya “

Kesimpulan :
Menurut Madzhab Syafi`i     : Pahala shodaqoh akan sampai pada orang yang meninggal secara pasti (tanpa batasan). Adapun membaca Al Qur`an dan kalimat-kalimat thoyibah lain, adalah sampainya pahala tersebut tapi perlu keyakinan dan kemantapan dalam niyat menyampaikannya, karena merupakan bentuk do`a
Menurut Madzhab Maliki     :    Tidak ada ikhtilaf lagi tentang sampainya pahala shodaqoh untuk orang meninggal
Menurut Madzhab Hanbali :    Pahala membaca Al Qur`an dan kalimat-kalimat thoyibah lain, akan sampai pada orang meninggal.

Dinukil oleh :
SUGENG PRIYANTO

NON-OBLIGATORY (SUPEREROGATORY) PRAYERS



There are numerous non-obligatory prayers.  One example is the Rawatib prayers, which are the supererogatory prayers performed before and after the obligatory (fardu) prayers. There are a total of 22 raka'at of Rawatib prayers:

-       2 raka'at before the Fajr prayer
-       4 raka'at before the Zuhr (or Jum'ah) prayer.
-       4 raka'at after the Zuhr (or Jum'ah) prayer.
-       4 raka'at before the Asr prayer.
-       2 raka'at before the Maghrib prayer.
-       2 raka'at after the Maghrib prayer.
-       2 raka'at before the Isya' prayer.
-       2 raka'at after the Isya' prayer.

Several of the mentioned Rawatib prayers are ruled as Sunat Mu'akkad (supererogatory restrictive acts) i.e. highly recommended. They are:

-       the 2 raka'at before the Fajr prayer.
-       the 4 raka'at before the Zuhr (or Jum'ah) prayer.
-       the 4 raka'at after the Zuhr (or Jum'ah) prayer.
-       the 2 raka'at after the Maghrib prayer.
-       the 2 raka'at after the Isya' prayer.

The Rawatib prayers which are performed before the obligatory prayer is called Qabliyah while those performed after it is called Ba'diyah.

1 أوصى عَلِيُ اْبنُ أَبيِ طَـالِبٍ ِلاْبنِهِ حَسَـن المتوفى سنة 40 هـ



يَابُنَيَّ اِحْفَظْ عَنِّي أَرْبَعًا وَأَرْبَعًا لاَ يَضُرُّكَ مَـاعَمِلْتَ مَعَهُنَّ:
أَغْـنىَ الغِنىَ العَقْلُ وَأَكْبَرُ الفَقْـرِ الحُمْقُ وَأَوْحَشُ الوَحْشَةِ العُجْبُ وَأَكْبَـرُ الحَسَبِ حُسْنُ الخُلُـقِ.
يَابُنَيَّ,
إِيَّـاكَ وَمُصَادَقَةَ الأَحْمَقِ فَإِنَّهُ يُرِيْـدُ أَنْ يَنْفَعَكَ فَيَضُرُّكَ
إِيَّـاكَ وَمُصَادَقَةَ البَخِيْلِ فَإِنَّهُ يُبْعِدُ عَنْكَ أَحْوَجَ مَـاتَكُوْنُ إِلَيْهِ
وَإِيَّـاكَ وَمُصَادَقَةَ الفَـاجِرِ فَإِنَّهُ يَبِيْعُكَ بَِالتَّـافِهِ
وَإِيَّـاكَ وَمُصَادَقَةَ الكَذَّابِ فَإِنَّهُ كاَلسَّرَّابِ يُقْرِبُ عَلَيْكَ البَعِيْدَ وَيُبْعِدُ عَلَيْكَ القَـرِيْبَ

MENCARI TEMAN SEJATI

Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kecenderungan untuk berteman. Islam menganjurkan untuk menjalin pertemanan dengan baik. Pertemanan yang di dalamnya saling menasihati untuk menetapi kebenaran dan kesabaran (QS Al-'Ashr [103]: 3).

Islam juga mengingatkan penganutnya agar berhati-hati dalam memilih teman. Sayidina Ali RA pernah berkata, "Kalau kalian ingin melihat kepribadian seseorang, lihatlah bagaimana teman-temannya." Rasulullah juga mengingatkan, "Seseorang itu dipengaruhi oleh agama teman-temannya. Oleh sebab itu, berhati-hatilah dengan siapa kita bergaul."

Ali Zaenal Abidin berkata kepada putranya, "Wahai anakku, berhati-hatilah terhadap lima kelompok. Jangan berteman dan jangan berbicara kepada mereka, serta jangan menjadikannya teman dalam perjalanan." Lalu putranya bertanya tentang lima kelompok itu.

Sang ayah pun menjawab, "Pertama, berhati-hatilah dan jangan bergaul dengan orang yang berkata dusta. Dia bagaikan bayangan yang mendekatkan engkau dari sesuatu yang jauh dan menjauhkan engkau dari hal yang dekat. Kedua, berhati-hatilah dan jangan bergaul dengan orang yang fasik, sebab dia akan menjualmu seharga butiran atau lebih rendah dari itu."

Nasihat itu menunjukkan bahwa pertemanan sejati dapat dijalin dengan kejujuran, ketaatan beragama, kedermawanan, kemauan belajar, dan silaturahim. Kejujuran dapat menunjukkan dan menerima kebenaran. Kedermawanan dapat mendekatkan hubungan antarmanusia. Kemauan belajar dapat membuat orang saling memahami dan menghargai. Sedangkan, silaturahim dapat menjalin persaudaraan, umur panjang, dan kelimpahan rezeki.

Dalam pandangan Islam, teman juga dapat berupa perilaku atau amal. Oleh sebab itu, umat Islam dianjurkan mencari dan membinanya. Iman dan amal saleh dalam pandangan Islam dapat menolong dan menyelamatkan seseorang dari kehinaan.

Sayidina Ali berkata, "Sesungguhnya, ada tiga jenis teman bagi seorang Muslim. Pertama, teman yang berkata, 'Aku bersamamu di kala engkau hidup atau pun mati,' dan inilah amalnya. Kedua, teman yang berkata, 'Aku bersamamu hanya sampai kuburanmu, kemudian meninggalkanmu,' Inilah anaknya."

"Ketiga, teman yang berkata, 'Aku bersamamu hingga engkau mati,' inilah kekayaannya yang akan menjadi milik ahli waris ketika dia meninggal." Amal salehlah yang dapat menolong seseorang tatkala menghadapi pengadilan Tuhan dan tatkala tiada seorang pun sebagai penolong." Oleh karena itu, setiap Muslim perlu memperhatikan etika pertemanan dan berusaha menjadi teman yang sejati.

( RENUNGAN ) TEGURAN BAGI KAUM WANITA DAN TEGURAN KITA BERSAMA



- Maafkan bukan bermaksud kasar apalagi kepada saudari yang berhati sensitif, Rasulullah SAW adalah manusia penyayang nomor satu, kalo ada yang klaim bukan beliau, mendingan gak usah didengarkan. Diantaranya sifat penyayangnya, beliau pun mengabarkan kepada kita sekalian, bahwa Nabi hanyalah pemberi peringatan kepada umatnya, kenapa ? agar kita selamat dari derita abadi dan azab yg pedih, kalo disimpen dalilnya karena enggak enak, ntar malah berabe ketemu Rosulullah SAW diakhirat, salah-salah kita ikutan dosa karena gak bilangin sesama sodara seiman. Na'udzubillah. Marilah kita simak pemaparannya sbb :

Wahai para wanita...tahukah anda bahwa:

(1) Semakin banyak pandangan lelaki yang tergiur denganmu semakin bertumpuk pula dosa-dosamu

2) Semakin sang lelaki menghayalkanmu...semakin berhasrat denganmu maka semakin bertumpuk pula dosa-dosamu

(3) Janganlah anda menyangka senyumanmu yang kau tebarkan secara sembarangan tidak akan ada pertanggungjawabannya kelak..!. Bisa jadi senyumanmu sekejap menjadi bahan lamunan seorang lelaki yang tidak halal bagimu selama berhari-hari..

(4) Bayangkanlah... betapa bertumpuk dosa-dosa para artis dan penyanyi yang aurotnya diumbar di hadapan ribuan...bahkan jutaan para lelaki??

(5) Jika anda menjaga kecantikanmu dan kemolekan tubuhmu hanya untuk suamimu...maka anda kelak akan semakin cantik dan semakin molek di surga Allah...

(6) Akan tetapi jika anda umbar kecantikanmu dan kemolekanmu maka ingatlah itu semua akan sirna dan akan lebur di dalam liang lahad menjadi santapan cacing dan ulat...dan di akhirat kelak...bisa jadi berubah menjadi bahan bakar neraka ! Naudzubillah

Allah Subhannahu wa Ta'ala Berfirman, Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh dia telah sesat, sesat yang nyata. (Al-Ahzab :36).

Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda, Setiap umatku yang bersalah akan dimaafkan, kecuali orang yang secara terang-terangan berbuat maksiat ( HR-Bukhari Dan Muslim )

Dari Abu Musa al-Asyari berkata: Rasulullah Saw bersabda: Siapa saja wanita yang memakai wangi-wangian kemudian keluar rumah dan berjalan melewati satu kaum sehingga mereka dapat mencium baunya, maka ia adalah wanita PEZINA. (H.R. an-NasaI)

Rasulullah Saw bersabda: Perempuan yang berpakaian tetapi TELANJANG, berlenggang-lenggok waktu berjalan. Menghayun-hayunkan bahu. Kepala mereka bagaikan bonggol unta yang senget. Golongan ini TIDAK AKAN masuk syurga dan tidak akan dapat mencium bau wanginya. Sesungguhnya bau wangi syurga itu sudah dapat dicium dari perjalanan yang sangat jauh daripadanya. (HR-Muslim)

Semoga mereka saudari kita yang belum berjilbab, dibukain pintu hatinya dan mau kejalan yang benar dengan berjilbab, sama-sama kita doain dengan kesungguhan hati.

Dunia mah gak sampe 100th, sedangkan diakhirat saja bediri dipengadilan Allah bisa sampe 50.000 tahun. Mari kita upayakan kesungguhan kita dan terus berdoa memohon pertolongan-Nya